Jika ada yang bertanya pada saya, “Apa hal terbesar dan
paling berharga yang kamu miliki?” maka salah satu jawabannya adalah sahabat.
Buat saya, sahabat adalah tempat berpulangnya hati yang
temaram, tempat terhangat untuk berbagi, tempat ternyaman untuk berangan
tentang masa depan.
Saya sangat bersyukur Tuhan menganugerahi saya sahabat –
sahabat yang sangat baik, tulus, dan sederhana. Dengan mereka, saya bebas
berekspresi tanpa tendensi. Dengan mereka, obrolan paling remeh pun menjadi hal
yang bikin candu. Dengan mereka, saya bertahan hidup sampai detik ini.
“GENG KOBRA”
adalah nama dari perkumpulan kami. Nama yang sungguh tidak
berarti apa - apa. Yang berarti adalah sesiapa yang ada di dalamnya.
Pertemuan kami ternyata sudah dirancang sangat indah oleh
Tuhan. Lambat laun kami kekal dalam kasih sayang persahabatan. Banyak momen
sudah kami lewati bersama; tentang pekiknya tawa yang selalu hadir di setiap
kebersamaan, tentang luapan tangis yang tak jarang memburu, juga
tentang pedihnya kehilangan.
Bukannya kami tak pernah beradu argumen. Tapi sungguh kami bisa
meminimalisir kemungkinan itu terjadi dengan saling mengerti, memahami, dan
mengalah. Satu seni yang pada awalnya sulit untuk dibina dari delapan kepala.
Dulu, hal yang paling kami takutkan adalah kelulusan kuliah.
Karena berarti tamat bagi kami untuk menikmati hidup bersama – sama, di Jogja. Namun
nyatanya perpisahan harus terjadi agar kita benar – benar memaknai arti sebuah
pertemuan.
Benar adanya. Terjadilah perpisahan itu. Pecahlah tangis,
menyeruaklah haru.
Akhirnya kami pergi satu sama lain. Kami pergi melanjutkan
hidup, mengarungi sulitnya rintangan, berharap mampu meraih masa depan yang
cemerlang. Kami benar – benar pergi satu sama lain. Bukan untuk saling
meninggalkan, melainkan untuk saling menguatkan dalam doa. Sehingga jika raga
tak di sisi, doa senantiasa mengikuti.
Lima tahun adalah waktu yang masih sangat singkat bagi kami
untuk bersahabat.
Lima tahun bersama mereka di masa lalu adalah hal paling
berharga yang pernah saya miliki.
Kini, jika rindu menggelayut, hanya foto dan video sisa
perjalanan kami yang menjadi peredamnya. Tidak jarang air mata saya tumpah manakala
rindu hinggap begitu dahsyat. Persahabatan ini sungguh merasuk begitu dalam.
Bagaimana tidak?
Setiap saya jatuh sakit, mereka adalah sosok – sosok pertama
yang penuh keikhlasan merawat saya hingga tuntas.
Saat saya jatuh hati, mereka adalah sosok – sosok pertama
yang teduh dalam membagi persepsi.
Saat saya terpuruk, mereka adalah sosok – sosok yang punya
pelukan hangat dan genggaman yang erat.
Tanpa hadirnya mereka dalam hidup saya, barangkali saya tak
akan hidup sebahagia ini.
Kini, kami sepakat bahwa perpisahan adalah sebuah
keniscayaan. Yang sangat bisa untuk
dilakukan adalah tetap memanjatkan doa satu sama lain. Di samping juga menjaga
komunikasi dan meniadakan asumsi – asumsi.
Dalam setiap sujud yang saya benamkan, doa yang terpanjat
salah satunya yaitu agar Tuhan mengumpulkan kami di syurga. Agar kami bisa menikmati
kebersamaan dalam waktu yang kekal abadi.
Jakarta, 7 Oktober 2017.
Sekelumit yang dulu terlewati:
![]() |
2012 |
![]() |
2013 |
![]() |
2013 |
![]() |
2014 |
![]() |
2016 |
and still counting......
Posting Komentar