Tulisan ini berawal
dari keresahanku pada sebuah fase kehidupan bernama pernikahan. Berbicara
tentang pernikahan pasti tidak bisa lepas dari apa yang dinamakan jodoh. Sebuah
sosok rahasia Tuhan yang sangat dinantikan bagi banyak orang yang belum menemukannya.
Pun juga aku.
Meski setiap detik
kehidupan di bumi adalah murni kuasa Tuhan, terkadang aku memohon untuk lebih
cepat dipertemukan denganmu agar kita bisa segera meniti jalan kehidupan bersama. Sebab
aku yakin kamu yang ditakdirkan menjadi jodohku sangat menerima adanya aku yang
jauh dari kata baik dan sempurna.
Membahas perihal jodoh
memang tak akan pernah usai. Jodoh memang tabir yang penuh misteri. Membuat
rindu hingga nyeri bagi sesiapa yang tengah tabah menantikan kehadirannya.
Dalam kebanyakan konsepsi, jodoh berada di tangan Tuhan. Tapi dalam pandanganku jodoh berada di tangan manusia,
Tuhan hanya merestui.
Bobot,
Bibit, Bebet
Aku tidak jarang
mengeluhkan adanya tiga kriteria dalam menemukan jodoh yang seolah sudah dipatenkan
oleh orang – orang terdahulu. Menurutku orang yang genap dengan ketiga kriteria
ini adalah orang yang ‘sempurna’. Yah.. walau kesempurnaan hanya milik Tuhan.
Bagaimana tidak?
Urutan pertama adalah bobot
yang berarti menunjukkan kualitas
diri baik lahir maupun batin. Meliputi keimanan (kepahaman agamanya),
pendidikan, pekerjaan, kecakapan, dan perilaku.
Kedua, bibit adalah dari keturunan seperti apa dia berasal.
Ketiga, bebet merupakan
status sosial (harkat, martabat, prestige)
baik dirinya sendiri maupun keluarganya.
Aku tentu setuju dengan
adanya kriteria ini karena perkara jodoh memang harus dipikir masak – masak,
harus dipertimbangkan secara matang sebelum memutuskan untuk membangun rumah
tangga. Wait… tujuan dari menemukan jodoh
memang untuk berumah tangga, bukan?
Kriteria di atas serupa
alat kalibrasi dalam rangka uji proper
and test calon atau sosok jodoh yang didamba. Sebab pepatah mengatakan “Malapetaka
besar yang dialami oleh seseorang adalah ketika ia salah memilih siapa yang
menjadi pasangan hidupnya.” Dan aku sudah sangat paham dengan malapetaka itu.
Aristoteles pernah
berujar mengenai The Law of Attraction bahwa getaran jiwa memancar, mencari,
mendekat dan menarik getaran jiwa yang sama. Masih banyak teori dan konsepsi yang
mengungkap soal jodoh. Banyak dalil agama yang membahas seperti yang tertuang
dalam QS. Adz Dzariyaat ayat 49 bahwa segala sesuatu dijadikan
berpasang-pasangan, supaya kita mampu mengingat kebesaran Allah. Banyak juga
forum penemuan jodoh baik offline
maupun online. Ini berarti perihal
jodoh memang sangatlah penting. Sifatnya krusial bahkan urgent bagi beberapa di antara mereka.
Jodohku,
Seperti yang kuungkap di awal tulisan ini. Kamu yang tertakdir untuk
mengarungi bahtera kehidupan bersamaku, pasti sudah sangat menerima adanya aku…
yang seperti ini. Dari kriteria bobot, bibit, bebet, barangkali aku hanya
memenuhi di kriteria bobot saja.
Kamu harus tahu bahwa dulu saat belia aku pernah sangat dekat dengan
seorang pemuda. Kami berangan membangun cita dan cinta bersama, namun kandas
karena orangtuanya tidak setuju dengan aku yang berasal dari keluarga bercerai.
Pahit. Pedih.
Orangtuaku memang bercerai. Itu keputusan mereka. Itu pilihan mereka.
Tapi, aku tidak bisa memutuskan dan memilih dari keluarga seperti apa aku
dilahirkan dan dibesarkan, ‘kan?
Sehingga sejak saat perkara tersebut terjadi, aku semakin hati – hati.
Aku jadi setengah putus asa. Kriteria bobot, bibit, bebet benar – benar mengecewakanku. Terlebih ada beberapa fakta yang mungkin membuatmu merinding jika mengetahuinya.
Padahal jika boleh berkelakar, perceraian orangtualah yang menjadi trigger untukku berjuang lebih keras
seperti yang kubagikan dalam tulisan ini dan ini.
Barangkali aku memang tidak memiliki kisah kehidupan keluarga yang
harmonis. Tapi kisah perjuanganku sangatlah manis. Aku berani bertaruh kamu akan
menangis saat mendengarnya.
Kamu yang ditakdirkan jodohku,
Banyak sekali hal yang siap kubagi bersamamu. Semuanya adalah kisah
perjuangan. Aku pun juga tak sabar ingin mendengar bagaimana kisah
perjuanganmu. Aku tak sabar kita berbagi peran. Aku tak sabar menyaksikanmu
sukses dalam setiap pekerjaan dimana aku berada di balik punggungmu untuk men-support, semampuku.
Setelah sekian panjang kehidupan ini kuterjang sendirian, aku akhirnya
mafhum bahwa untuk menemukanmu aku tak perlu kriteria bobot, bibit, bebet. Hal
ini pasti bertentangan dengan kebanyakan orang dan.. itu yang membuatku resah.
Bagiku ketika ‘perjuangan’ menjadi saripati kehidupanmu, maka disitulah
aku merasa pas. Perjuanganmu di masa lalu adalah segalanya. Lantas, bagaimana
menilai perjuanganmu ‘pas’ untukku? Aku juga tidak tahu. Tapi, Tuhan pasti
menggerakkan naluriku untuk memilihmu sebagai salah satu bentuk ke-restu-anNya.
Tetapi..
Sesungguhnya selain jodoh, ada satu misteri yang lebih misteri. Yaitu,
kematian.
Aku tidak tahu apakah aku akan berjodoh denganmu dulu, atau malah lebih
dulu berjodoh dengan kematian. Sehingga… usaha yang kulakukan untuk menemukanmu
sejatinya berada dalam usaha menyiapkan bertemu dengan kematian. Semoga kamu
pun begitu.
Jangan pernah berhenti berjuang dan melakukan hal baik. Kelak, jika kamu
yang ternyata lebih dulu berjodoh denganku -dan bukan kematian, aku akan
menyambutmu dengan senyum terlebarku. Seraya berkata lirih “ternyata kamu yang
disiapkan untukku.”
Dari,
Dian Yuanita W.
(jodohmu)
Jakarta, 6Agustus 2017.
Diaaaan ��
BalasHapusSemoga dimudahkan ya urusan jodoh. Tetap semangat memperbaiki diri, biar kelak jodoh kita juga seseorang yang senantiasa memperbaiki diri.
Dani RR
Halo, Dani! Aamiin. Insya allah selalu begitu. Kamu juga yaa. Semangat!
Hapus