“Marriage is not a noun; it’s a verb. It isn’t something you get, but something you do.”-Anonim
Atas izin Allah dan ridha dari
lika-liku panjang, akhirnya saya menikah pada 28 Oktober 2018. Momen pernikahan
adalah momen yang paling membahagiakan, but
also quite challenging at the same time. Terlebih saya sebagai survivor broken home yang sempat
memiliki trauma pernikahan orang tua.
Pada edisi tulisan kali ini, saya
akan berbagi tentang persiapan yang saya dan Mas Azwar (suami) lakukan sebelum
melangsungkan acara pernikahan. Ulasan akan lebih banyak pada manajemen nikah on budget! Hehehe. Tentunya setiap orang
memiliki cita-cita dan pengalaman menikah tersendiri. Sehingga perlu saya
sampaikan di awal bahwa apa yang saya bagikan disini adalah berdasar cita-cita
dan pengalaman kami yang barangkali berbeda dengan pembaca. Namun semoga bisa memperkaya
khazanah kita bersama ya! ;)
Introduksi: Persiapan Awal
Banyak persepsi yang menyebut bahwa
acara akad dan resepsi atau tasyakuran menjadi tanggungjawab pihak perempuan.
Tanggungjawab bisa berarti mulai dari persiapan dana, konsep, dan lainnya
hingga acara selesai. Persepsi tersebut bagi kami benar, namun memang pasti ada
penyesuaian dengan berbagai pertimbangan tertentu.
Saya bekerja dan tinggal di Jakarta,
sedangkan Mas Azwar tengah menempuh studi S2 dan tinggal di Jogja. Yes, kami
menjalani long distance relationship (LDR).
Saya dan Mas Azwar telah memiliki rencana menikah pada bulan Februari 2018.
Namun demikian, tanggal pernikahan baru disepakati oleh keluarga sekitar awal
Juni. Sehingga praktis kami memiliki waktu kurang lebih empat bulan untuk
mempersiapkan segala sesuatunya.
Rentang waktu antara bulan Februari
hingga Juni kami gunakan untuk membangun konsep, menyusun anggaran, dan mulai
berburu informasi vendor pernikahan. Di antara waktu tersebut kami juga gunakan
untuk mengenal lebih dalam satu sama lain karena kami tidak pernah pacaran
sebelumnya hehe *skip *nanti saya tulis di edisi berikutnya. Meski terbatas
jarak, Alhamdulillah kami bisa mengoptimalkan komunikasi mengenai setiap detail
persiapan pernikahan. Thanks to WhatsApp,
Line, email, Google Duo, etc!
Tidak Menggunakan Jasa Wedding
Planner dan Wedding Organiser
Atas dasar pertimbangan tertentu ((salah
satunya anggaran)) kami memutuskan untuk tidak menggunakan jasa wedding planner maupun wedding organiser. Kami coba kerahkan
segala kreativitas, waktu, tenaga, tabungan 😂, dan banyak hal lainnya untuk
mewujudkan pernikahan impian kami. Saya dan Mas Azwar juga saling menantang
diri kurang lebih, “dulu ‘kan kita aktif jadi panitia banyak kegiatan, bisa
nggak ya kita atur pernikahan kita sendiri?”. And yeaashh.. we made it! But definitely with unlimited supports from
our relatives.
Kami menerima tantangan kami sendiri. Rencana pernikahan pun akhirnya kami
kemas dan eksekusi berdua. Untuk wedding organiser?
Alhamdulillah kami diberkahi teman-teman dekat yang sangat baik yang bersedia
membantu kami untuk teknis pelaksanaan hari H. Mereka dengan ikhlas membantu,
datang dari kota rantau masing-masing… Ada yang dari Lombok, Jakarta,
Purwokerto, dan masih banyak lagi. Tim dari vendor yang datang di lokasi juga
sangat menyukseskan pelaksanaan acara. Sebutlah tim dari catering dan fotografer. Untuk info tentang teknis hari H saya ulas
di bawah yah.
Mengusung Konsep ‘Intimacy and
Simplicity’
Saya sangat bersyukur saat tahu Mas
Azwar ternyata juga mengidamkan pernikahan yang intim dan sederhana. Kesamaan
impian tersebut makin memudahkan kami dalam membangun konsep acara. Dua agenda
yang dihelat pada hari pernikahan kami adalah akad nikah dan tasyakuran. Perpaduan
nuansa islami dan rustic kami pilih
sebagai dasar pengembangan konsep acara yang intim dan sederhana. Nuansa rustic sendiri dipilih karena kami
sama-sama alumni Fakultas Kehutanan hehehe. Jadi mulai dari undangan, souvenir,
hingga dekorasi kami tonjolkan sisi rustic
yang ciamik ini :D
Selanjutnya kami pilih Masjid Kampus (Maskam)
UGM sebagai venue akad nikah dan tasyakuran.
Dari zaman mahasiswa baru, saya kebetulan pengeeeen banget nikah di masjid yang
sangat damai ini hihi. Maskam UGM menyediakan sarana dan prasarana
bagi siapapun yang ingin melangsungkan akad nikah dan/ tasyakuran sekaligus. Menurut
kami biaya juga cukup terjangkau, terlebih ada diskon untuk alumni UGM. Makin
bahagialah kami bisa menekan anggaran! 😄
Menilik draft anggaran yang kami pikir belum rasional, kami terus coba
selaraskan dengan realita di lapangan. Sebagai contoh, berdasarkan informasi
dari takmir Maskam rata-rata orang yang menggelar tasyakuran di Segi Delapan
Maskam UGM hanya mencapai 350 orang. Mendengar informasi tersebut sebenarnya
cukup bikin kami berdua gembira karena sejalan dengan konsep ‘intimacy and simplicity’.
Tugas berikutnya yang cukup sulit
bagi kami yakni memilah tamu undangan. Ingin hati kami mengundang semua orang
yang kami kenal, tapi penyesuaian mau tidak mau perlu dilakukan. Sehingga
sampailah kami pada daftar sebanyak 200 undangan. Nah, ini yang pada umumnya
belum dipahami orang yang belum menikah… Jumlah undangan itu berbeda dengan jumlah
tamu. Ketika kami menyebar 200 undangan, maka asumsi tamu yang akan hadir
dilipatgandakan jadi 400 orang atau lebih. Sebab mayoritas kultur orang
Indonesia ketika yang diundang satu nama, bisa-bisa yang datang sekelurahan 😂*peace.
Saya sempat sharing dengan teman saya orang Australia yang akan menikah akhir
tahun ini. Ketika saya sampaikan fakta di atas, dia terperanjat kaget. Ukuran
tamu pernikahan 400 orang baginya sudah banyak sebab di Australia rata-rata
orang mengundang 100 orang saja. Itupun jika yang diundang satu nama, maka
mayoritas orang yang terundanglah yang akan hadir. Tapi disinilah seni bermasyarakat
di Indonesia yang luar biasa dan lain daripada yang lain. Nggak begini, nikahan
nggak seruu guys! 😃
Cermat Pada Anggaran
Saat kami pertama menyusun anggaran,
kami sadar ada yang kurang sesuai dengan estimasi tamu yang kami tetapkan
sebanyak 1000 tamu. Salah satu yang menyadarkan kami yaitu venue yang kami pilih untuk acara Segi Delapan Masjid Kampus UGM
yang luasnya sekitar 400 m2. Langkah selanjutnya penyesuaian
anggaran terus dilakukan. Apalagi setelah kami berhasil nego tipis biaya
yang ditawarkan oleh para vendor,
anggaran bisa dialokasikan ke biaya lainnya atau biaya tak terduga.
Setiap vendor memiliki fasilitas dan penawaran harga yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Kami mempelajari masing-masing kandidat vendor, nego, kemudian dealing. Dealing kami lakukan untuk semua vendor sekitar pertengahan Juli atau H-3
bulan. Pertimbangan utama yang kami cermati sebelum dealing adalah biaya (harga), tapi tentu
juga tidak mengesampingkan kualitas. Dan ternyata di jagad nusantara ini banyak
sekali vendor yang menawarkan harga
terjangkau dengan kualitas yang oke banget!!
Oh ya, tidak sedikit vendor yang menawarkan fasilitas paket
seperti paket make-up + dekor + catering,
atau paket dekor + fotografer, dan masih banyak lagi. Kami sempat juga berkomunikasi
dengan vendor yang seperti ini tapi
kami menemukan kesulitan dalam hal fleksibilitas. Pada akhirnya kami memutuskan
untuk tidak mengambil paket pernikahan seperti ini dan memilih vendor printilan. Setelah kami
menghitung ulang ternyata biayanya lebih murah dengan vendor printilan meski tidak signifikan. Di samping itu kami bisa custom harga berdasarkan permintaan
kami. Vendor printilan, istilah kami,
berarti dalam suatu acara tersusun oleh banyak vendor.
Jadi bagaimana alokasi anggaran
pernikahan kami? Cus, selengkapnya.
Dari diagram di atas nampak sekali
bahwa catering memiliki porsi biaya
terbesar. Tidak lain karena bagi kami hal yang paling penting dalam acara
pernikahan yaitu penjamuan tamu. Ibarat kata apalah artinya dekorasi yang
bagus, baju pernikahan yang menawan, serta tempat yang besar, kalau tamu tak
dijamu dengan makanan yang baik. Jadi meskipun acara kami sederhana, jamuan
harus enak dan nyaman. Makanan enak bukan berarti makanan mahal ya….
Berikut kami bagikan kisaran anggaran
sesuai diagram di atas:
Rincian Kebutuhan
|
Biaya
|
Biaya KUA
|
Rp 600.000
|
Venue
|
Rp 7.000.000
|
Catering
|
Rp 20.000.000
|
Dekorasi
|
Rp 3.300.000
|
MUA untuk Dian, 2 ibu dan
1 adik
|
Rp 3.650.000
|
Henna
|
Rp 200.000
|
Bouquet
|
Rp 75.000
|
Undangan (cetak dan
e-invitation)
|
Rp 700.000
|
Souvenir
|
Rp 1.400.000
|
Sewa hantaran
|
Rp 250.000
|
Sewa basofi Azwar
|
Rp 300.000
|
Bikin gaun Dian (kain dan
biaya jahit)
|
Rp 800.000
|
Fotografer + videografer
|
Rp 4.000.000
|
Total
|
Rp 43.625.000
|
Mohon maaf kami tidak bisa sampaikan
secara eksplisit mengenai berapa harga satuan dan lain-lain karena menyangkut
rahasia vendor juga. Naah hampir
semua vendor yang kami pilih dimiliki
dan dikelola oleh anak muda, loh! Kerja keras mereka berbuah manis, sangat
sukses membuat pernikahan kami berkesan. Jika pembaca ada yang sedang mencari vendor pernikahan, coba deh
pertimbangkan mereka juga 😃 Sungguh saya tidak dibayar dalam bentuk apapun untuk
melakukan endorsement. Ini saya
lakukan semata-mata untuk mengapresiasi kinerja mereka yang luar biasa atas
pernikahan kami yang on budget.
1.
Venue: Masjid Kampus UGM
Untuk
memperoleh informasi lebih lanjut bisa menghubungi takmir Maskam UGM yang
berlokasi di sebelah selatan masjid.
2.
Catering: Vidi Catering Jogja
Website:
http://vidicateringjogja.com/
Instagram:
@vidicateringjogja
3.
Dekor: Crave Party Dekorasi
Instagram: @cravedecoration
4.
Make Up Artist: AAP MUA
Instagram:
@aapmua
5.
Henna: Wastitya
Instagram:
@wastityahenna
6.
Bouquet: Wedding Idea
Instagram:
@weddingidea.id
7.
Undangan: Toska Production
Instagram:
@toskaproduction
8.
Souvenir: Tama Souvenir
Instagram:
@tamasouvenirmurah
9.
Sewa kotak hantaran: Madja Creative
Instagram:
@madja.creative
10. Sewa basofi: Putra Brilliant Wedding
Instagram:
@putrabrilliantwedding
11. Spesial untuk gaun saya mendesainnya sendiri. Kain saya
beli dengan Mas Azwar di areal pertokoan dekat Bioskop XXI Yogyakarta. Lagi
diskon 50% waktu itu hihii. Kemudian saya menjahitnya di tetangga rumah saja.
12. Fotografer dan videografer: Project Sentimental
Instagram: @projectsentimental
Keterlibatan Teman Dekat dalam Teknis Acara
Sudah saya sampaikan di awal bahwa
atas beberapa pertimbangan kami tidak menggunakan wedding organiser. Kami meminta bantuan teman-teman dekat untuk
terlibat dalam teknis acara. Asal tempat tinggal kami berpencar di berbagai
kota hingga pulau. Puji syukur hal itu tidak
menjadi rintangan berarti dan semua bisa dikomunikasikan dengan baik lewat
WhatsApp group.
Teman-teman ini yang selanjutnya kami
sebut tim sukses terbagi atas divisi acara akad, liaison officer (LO) keluarga, pagar bagus, pagar ayu, penjaga buku
tamu, hingga supervisor venue tasyakuran.
Kami sungguh beruntung sebab mereka yang tergabung di tim sukses terdiri atas
orang-orang yang sudah mumpuni dalam hal kepanitiaan. Dan Alhamdulillah… tim
sukses sungguh benar-benar bikin pernikahan kami sukses tak terkira. Indikator sukses salah satunya kami menerima banyak apresiasi positif dari para hadirin. Nah.. Cannot say and give anything except a deep
thank you and wishes for your big success in the future!!
Penutup: Memaknai Proses
Bukan tanpa alasan kami memilih untuk
mengurus pernikahan sendiri. Mau tak mau kami harus makin lihai memanajemen
diri mulai dari waktu, emosi, keuangan, dan aspek lain. Di saat saya benar-benar
sibuk bekerja, Mas Azwar coba memahami dan jadi support system yang baik. Begitu saya usahakan sebaliknya. Kami
juga harus tahan kuping ketika orang lain mungkin punya pemikiran tertentu. No problems at all. Bersyukur keluarga
kami cukup suportif dan take it easy.
Saya pribadi belajar banyak hal saat
menyiapkan pernikahan. Kemampuan planning,
negosiasi, dealing, decision making, kerja sama tim, manajerial,
saling percaya, sampai kemampuan untuk bersyukur benar-benar terasah dalam
momen paling bersejarah dunia akhirat saya. Sehingga saya tiba pada simpulan
bahwa persiapan pernikahan ini lebih dari sekedar menyiapkan acara, namun juga
ajang mematangkan diri sebelum menerima anugerah role yang baru. Menjadi istri dan ibu contohnya.
![]() |
Begaya | Taken by Project Sentimental |
![]() |
Prosesi Pemasangan Cincin | Taken by Project Sentimental |
![]() |
Taken by Project Sentimental |
![]() |
Souvenir |
![]() |
Undangan |
![]() |
Dekorasi backdrop | Taken by Project Sentimental |
![]() |
Tim Sukses kloter foto pertama | Taken by Project Sentimental |
![]() |
Tim Sukses kloter foto kedua | Taken by Project Sentimental |
Bagi yang merminat menyaksikan video pendek pernikahan kami bisa kunjungi di: klik disini yah
Terima kasih sudah membaca, semoga
bermanfaat.
Jakarta, 7 November 2018.
Pernikahan adalah sesuatu yang memang asyik untuk diceritakan. Semoga langgeng sampai maut memisahkan.
BalasHapushttps://www.aflahcatering.com